Rabu, 11 April 2012

NEVER SAY GOOD BYE part 3

Saat berjalan beberapa meter dari rumah sakit, tiba tiba ada seseorang yang menepuk pundakku. Ternyata tidak lain dan tidak bukan adalah lutfi?!


aku agak terkejut karena aku sudah melupakan kejadian tadi siang dan aku kira dia sudah pulang. Kubantu lutfi berdiri, dia tampak sangat kelelahan.
“hah. . . hah. . . kau. . . jangan menghilang seperti tadi lagi oke ! , aku sangat khawatir untung saja ada orang yang melihatmu . kalau aku tidak menemukan dirimu , entah apa yang akan diperbuat orangtuamu padaku. Haah. . . hah. . . kalau tidak, setidaknya kalau mau ngambek bawa dompet dan handphonemu agar aku mudah menemukanmu.”

            Jujur baru kali ini aku sisi lain dari lutfi. dia sungguh sungguh menghawatirkan aku.
“hah. . . hah. . . jika saja aku tak menemukanmu , aku tak tahu lagi harus bagaimana jika saja ada sesuatu yang menimpamu dan aku tak bisa apaapa aku tak akan memaafkan diriku… hah sungguh keterlaluan ! diriku memang bodoh ! tih maafkan aku..” katanya masih terengah engah.
Tak lama tangannya merangkul tubuhku, ditarik diri ini dalam peluknya. Sambil terus memelukku dia membisikkan kata cinta dan maaf. Aku tak mapu berkata apa apa, aku hanya bisa membalas pelukkannya. Dalam perjalanan pulang pun lutfi terus menggenggam tanganku, dan sesampainya dirumah kecupan hangat menutup pertemuan kami hari itu.
            Lalu keesokan harinya lutfi kembali seperti biasa, kembali menjadi sosok yang gila belajar. Haaah sepertinya kejadian tadi malam hanyalah mimpi. Saat pulang sekolah aku pergi kerumah sakit tempat rio dirawat tanpa sepengetahuan lutfi.
“selamat siaaang..” ucapku ketika sampai di kamar tempat rio diopname.
“ratih? Kenapa tidak bilang kalau mau datang?” kata rio terkejut.
“kau bilang aku boleh datang kapan saja kan?” tukasku.
“hehe iya iya deh, ada apa tih? Wajahmu kok murung? Kalau mau kau boleh cerita padaku.” Kata rio sambil mengajakku duduk disofa dekat jendela kamar. Lalu aku menceritakan semuanya tentang lutfi.
“hmm… kalau aku tidak akan memotong impianmu .. karena itu adalah hak kamu tih..” katanya menanggapi ceritaku.
“hmm…” aku hanya bisa diam.
“ kalau dia benar benar mencintaimu seharusnya dia mengerti apa yang ingin kau lakukan.” kata rio.
Aku hanya diam mendengar perkataannya yang sangat menusuk hati. Aku hanya ingin menjadi wanita yang pantas untuk lutfi,tapi kalau begini aku jadi tidak yakin apa aku sanggup terus terusan menjadi bukan diriku sebenarnya. Haah aku lelah dengan semua ini.
“ rio, apa impianmu saat ini?” tanyaku.
“ impianku? Kamu tahu.. diantara planet planet yang belum ditemukan manusia, selalu ada komet yang melayang layang diangkasa.. kalau kita bisa menjadi orang pertama menemukan itu nama kita akan dipakai sebagai nama planet atau komet itu. Planet dan komet tersebut akan tetap melayang layang diangkasa, meskipun kita telah meninggal komet atau planet tersebut akan tetap melayang menjelajahi angkasa untuk terus melanjutkan perjalanan kita. Hebatkan?” jelas rio dengan menggebu gebu
“ ya hebat… sangat hebat..” kataku penuh arti.
            Didalam hati aku merenungi sesuatu. Dengan teropong bintang itu rio bisa selalu melihat jauh kedepan, selalu mempunyai impian yang jauh… kalau aku? Hanya melihat apa yang ada didepanku saja, jadi sebenarnya aku tidak tahu apa yang ingin ku lakukan.
“tih sebaiknya kamu lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan selagi kesempatan itu ada.” Katanya sambil menepuk bahuku.

            Sepulang dari rumah sakit aku terus merenungi perkataan rio. “lakukan apa yang ingin kulakukan?” iya juga ya.. kalau saja lutfi bisa memahami diriku, kalau saja aku bisa berusaha semaksimal mungkin.. setelah berfikir panjang, aku segera menyelesaikan novelku, butuh waktu yang agak lama untuk menyelesaikannya. Dikeesokan harinya saat aku ingin langsung pergi ke editorku, tiba tiba ketua kelas mengumumkan bahwa hari ini akan diadakan pemotretan album kenangan untuk para siswi. Tentu saja aku akan lebih memilih pergi ke tempat editor ku, tapi ternyata penjaga sekolah tak membolehkan siswi untuk keluart sekolah.
            Sempat aku berfikir untuk meminta bantuan lutfi, tapi.. apakah lutfi akan membantuku? Atau malah memakiku…?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar