Sabtu, 14 April 2012

NEVER SAY GOOD BYE last part



 Aku sebaiknya tak berkunjung lagi kesana.Ya.. itu yang terbaik, daripada nanti saling menyakiti, semua ini sungguh sudah tidak masik diakal !!.

         Tanpa sadar sudah dua minggu sejak kejadian itu. Hubunganku dengan lutfi kembali seperti biasa, sekarang kami sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian yang sudah didepan mata. Dan tentang rio, tak pernah kuceritakan pada lutfi aku sudah sedikit demi sedikit melupakannya. Karena aku fikir semuanya lebih baik begini, lebih baik seperti keadaan awal, keadaan saat aku belum bertemu rio. Tetapi saat aku ingin pulang kerumah bersama lutfi, ada anak anak yang menunggu kami digerbang sekolah. Kalau tidak salah mereka adalh anak anak yang diajari sepak bola oleh rio.
“ kakak kenapa tak pernah datang lagi?” Tanya salah satu anak.
“ kak rio menunggu kedatangan kakak” kata anak yang lain.
“ nanti ya kami akan menenjenguknya, tapi sekarang sudah sore kalian juga sebaiknya pulang.” Kata lutfi.
“ kapan kak?” Tanya anak itu lagi.
“ nanti saat kami ada waktu luang ya..” kata lutfi lagi.
“ secepatnya kak, sebelum kak rio meninggal” kata salh seorang anak sambil menangis.
Aku pun yang mendengarnya bagai disambar petir disiang bolong.
“ meninggal? Sudah separahkah itu?” tanyaku.
“iya kata dokter umur kak rio tidak akan lama lagi karena kanker otaknya. Jika terlalu lama menunggu nanti kak rio… kak rio .. keburu meninggal. Kami mohon kak, kak rio benar benar menunggu kedatangan kakak..” kata anak yang menangis tadi.
“ iya kami akan datang besok ya, kalian pulanglah..” jawab lutfi.
“janji ya.. kami tunggu..” kata anak anak itu dan langsung pergi.
“bagaimana ini..??” gumaku
“ besok saja kau pergi, sekarang sudah sore ayo kita pulang saja.” Ajak lutfi.
            Semalaman itu aku terus memikirkan rio. Apa aku telah jahat padanya?. Sampai pagi pikiranku hanya dipenuhi oleh rio. Keesokan harinya setelah pulang sekolah aku langsung bergegas kerumah sakit tempat rio dirawat. Saat aku mengetuk pintu terdengar rio berteriak.
“ sudah kubilang aku tidak mau bertemu siapa siapa!!”
“maaf, rio ini aku..” kataku sambil masuk keruangan itu. Aku melihat kamarnya sangat berantakan, semua benda berserakan dilantai. Begitu pula dengan teropong bintang kesayangannya.
“ ha! Kau? Hahaha kenapa kau tidak pernah datang lagi? Kau tak mau bertemu aku? Padahal aku menunggumu?!” kata rio penuh emosi.
“ maaf… ehm teropong bintangnya..”kataku sambil mengambil teropong.
“ biarkan saja!! Hal hal seperti ini isinya hanyalah kebohongan.” Kata rio sambil merebut teropong dan menghempaskan teropong itu kelantai sampai hancur.
“ suddah cukup, hentikan . . . rio hentikan!”
“mengapa? Mengapa aku percaya keajaiban? Mengapa aku mencari bintang jatuh? Apa yang aku harapkan? Ternyata semua hanyalah ilusi.”
Lalu aku berlari kerahnya lalu memeluknya, pelukanku dapat meredam amarahnya. Perlahan ia mulai bisa mengendalikan diri. Lalu ia terlelap dipangkuanku, sejenak ku berfikir dia telah meninggalkanku. Tapi ternyata tidak, tangannya masih erat menggenggam tanganku.
“ rio..” panggilku.
“hemm..?”
“ lihat bintang yuk, sepertinya langit sedang cerah..”ajakku.
Lalu rio bangun dari pangkuanku dan mengajakku kebukit belakang rumah sakit. Katanya disini kita bisa melihat bintang dengan jelasnya. Saat sampai dibukit, sungguh pemandangan yang sulit diungkapkan dengan kata kata. Ribuan bintang bertaburan dilangit, berkelap kelip seraya menyambut kedatangan kami.
“ rio . . . kau selalu berfikir optimis, selalu menatap masa depan, selalu melampaui pikiran orang lain, aku benar benar iri . . . aku ingin hidup sepertimu” kataku sambil meneteskan air mata.
“ maaf ya rio . . . tak seharusnya aku..”
“ tidak apa apa . . . aku kan masih disini . . .jangan menagis dong, aku janji aku akan selalu bersamamu .” kata rio.

            Malam itu ditutup dengan kecupan hangat. Dan ternyata malam itu adalah pertemuan terakhir dengannya, selang sehari rio tutup usia. Tanpa bisa menggapai cita citanya dia sudah pergi ke surga. Sampai kapanpun rio akan selalu menjadi oaring yang kukagumi.

Seminggu setelah pemakaman ujian akan dilaksanakan. Aku sudah tahu apa yang ingin ku lakukan . . . semuanya akan ku katakana pada lutfi. Semoga saja ia mau mengerti pilihan jalanku.
“besok ujian, tidak ingin sama sama??” Tanya lutfi.
“lutfi, aku pikir kita sudah tak sejalan lagi. Kau tahu apa yang ingin sekali ku lakukan dan aku tahu apa yang ungin sekali kau lakukan. Lebih baik sekarang kita menempuh jalan masing masing, aku yakin aku bisa kau tak usah khawatir. Tanpa masuk kesana pun aku yakin bisa sukses dengan jalan ku, dank au lutfi aku harap kau juga sukses. Suatu saat nanti ada waktunya kita bersama lagi, dan saling menunjukkan apa yang telah kita raih. Tak apa kan fi” kataku.
“ tentu saja tak apa, aku akan memahami apa yang kau inginkan. Menjadi novelis itu juga tak terlalu buruk menurutku , maaf selama ini aku berlaku buruk. Yap suatu saat nanti kita pasti bertemu dan memamerkan apa yang kita raih. Tih, teruslah menjadi dirimu sendiri jangan karena suatu hal kau lagi lagi memungkiri keinginanmu. Sekali lagi maaf..” kata lutfi. Selanjutnya kami berpelukkan dan pergi berpisah.


Rio sebelum meninggal berkata ingin hidup sepertiku, menjadi orang seberuntung aku. Rio, terimakasih atas semua pelajaran yang kau beri, kau yang selalu terlihat berkilauan selalu difikiranku. Suaramu yang indah saat memanggilku masih menggema direlung hati. Tak ada kata selamat tinggal bagi kita, meski pada kehidupan ini kita bertemu begitu singkat tapi dikehidupan seelanjutnya kita kekal abadi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar